Tentang move on menuju Jogja
Awal Desember tahun lalu menjadi momen yang pas untuk move on. Move on dari apa yang menjadi rutinitas saya selama di ibukota. Move on dari lingkungan yang lama untuk kembali menapaki pengalaman baru di kota gudeg ini.Memang pada mulanya, berat sekali rasanya untuk pindah. Namun, teman saya pernah berujar, "akan ada indah di setiap pindah."
Pindah ke Jogja dan mengikuti tempat bekerja suami, merupakan keputusan besar yang menjadi titik balik di mana saya bertemu dengan teman-teman baru yang menyenangkan. Berawal dari kegemaran mencari kegiatan di akhir pekan, saya mencoba untuk explore event-event yang ada di Jogja. Sebut saja seperti workshop, kegiatan seni, hingga pameran.
Serunya #SabtuSantai, menghadiri event di akhir pekan
Hingga saya mengetahui acara Pameran Produk Lokal 'UKM Great Sale' yang akan diadakan akhir pekan ini. Tanpa pikir panjang, saya meluangkan waktu untuk datang dan berkenalan dengan teman-teman dari UKM. Maklum, penduduk baru pindah harus rajin cari teman dan memperluas networking. Ternyata, di acara UKM Great Sale ini juga diadakan kompetisi blog. "Wah, ini sebuah kebetulan yang bisa dimanfaatkan menjadi sebuah peluang," begitu pikir saya saat itu.Acara Pameran Produk Lokal 'UKM Great Sale' ini diadakan pada hari Jumat hingga Sabtu, tanggal 28-29 Februari 2020 di Alun-alun Sewandanan Pakualaman. Kegiatan ini dapat terlaksana dengan lancar berkat kolaborasi antara Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Jogja serta Dinas Koperasi dan UKM DIY. Para peserta pamerannya meliputi teman-teman UKM binaan PLUT Jogja yang memiliki produk dengan tema craft, fashion, serta kuliner.
Saya beruntung!
Sabtu ini rasanya saya mendapatkan untung berlipat ganda. Saat berangkat naik ojek online, saya mendapatkan voucher diskon sehingga perjalanan yang harus saya tempuh dari Jalan Monjali menjadi lebih hemat. Sesampainya saya tiba di Alun-alun Sewandanan Pakualaman, cuaca yang semula sangat terik dan terasa menyengat di kulit, tiba-tiba menjadi mendung diiringi hembusan angin semilir yang menerpa. Menyenangkan sekali rasanya berjalan di antara tenant-tenant UKM dengan cuaca yang mendukung seperti tadi. Sebanyak lebih dari 30 hingga 50 tenant UKM berjajar di bawah tenda yang berwarna hijau.
Keberuntungan lain yang saya dapatkan adalah sewaktu tiba di lokasi, ternyata sedang ada presentasi dari para tenant. Tentu ini menjadi sesi yang menarik karena saya bisa belajar banyak dari teman-teman UKM.
Salah satu kisah teman UKM yang saya simak adalah cerita Bu Tuti asal Ngasem. Beliau memproduksi batik dengan teknik Shibori, atau yang lebih dikenal dengan nama Batik Shibori. Shibori sendiri adalah sebuah teknik pembuatan kain yang diadopsi dari negara Jepang. Kain yang memiliki pola diciptakan dari beberapa proses seperti melipat kain, mengikatnya, kemudian mencelupkannya ke dalam pewarna pakaian.
Batik Shibori merah yang sedang dibawa oleh Bu Tuti menggunakan beberapa jenis pewarna. Ada pewarna alami dan juga pewarna kimia. Untuk menciptakan warna merah, Bu Tuti biasa menggunakan kayu secang yang bisa ia dapatkan dari alam. Sedangkan untuk mendapatkan hasil batik yang menggunakan pewarna kimia, beliau menggunakan indigosol dan juga remasol, yang memang kerap menjadi bahan khusus untuk mewarnai batik.
Produk kuliner
Produk dari teman-teman UKM Jogja yang saya temui pertama kali adalah minuman kunyit asam instan dalam bentuk bubuk. Tidak hanya kunyit asam bubuk saja, terdapat temulawak instan bubuk yang bermanfaat untuk menambah nafsu makan. Sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa manfaat kunyit dapat mengatasi perut kembung, mengurangi mual, hingga bermanfaat bagi kecantikan kulit. Sedangkan temulawak mempunyai khasiat untuk mengatasi pencernaan yang bermasalah, radang sendi, dan membantu meningkatkan stamina. Keunggulan dari produk kunyit asam bubuk dan temulawak bubuk ini adalah sangat praktis dan bisa dibawa kemana saja. Misalnya saat traveling, minum kunyit dan temulawak akan membantu menghilangkan rasa capek setelah jalan-jalan. Minuman kemasan ini dapat dibeli mulai dari harga Rp10.000,- saja. Sungguh sebuah harga yang terjangkau jika dibandingkan dengan berjuta manfaatnya.
Selain menarik simpati wisatawan lokal, kegiatan pameran UKM Great Sale menjadi penting karena membantu mengenalkan produk dari teman-teman UKM Jogja agar dapat lebih berkembang lagi. Dengan dilakukannya UKM Great Sale, membuktikan bahwa produk teman-teman UKM Jogja punya banyak variasi, kreatif, menarik, dan punya daya jual tinggi. Salah satunya produk wedang uwuh premium ini. Dikemas dalam bentuk box yang menarik, wedang uwuh minuman herbal khas Jogja disulap menjadi sebuah ramuan yang tidak kalah prestisnya dengan kopi susu kekinian. Wedang uwuh premium dengan merek Kemuning ini bisa dibeli dengan harga terjangkau, yaitu Rp15.000,-
Setelah mengelilingi beberapa tenant, pilihan jatuh kepada minuman favorit saya, kunyit asam botolan. Harganya Rp5.000,- dalam satu botol berisi 330ml. Saya memang penggemar jamu, terlebih dengan kunyit asam yang bisa jadi sahabat wanita di kala tamu bulanan sedang tiba. Saya berniat membeli kunyit asam botolan karena memang kondisi badan yang sedang kurang fit, berharap dengan minum kunyit, badan terasa segar kembali. Saran terbaik untuk meminum kunyit asam adalah satu gelas kecil (seukuran gelas belimbing) untuk satu hari. Layaknya obat, jamu memang tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Untuk stok selama seminggu, saya langsung beli 3 botol agar bisa disimpan di dalam kulkas selama 6 hari ke depan. Komposisi kunyit asam ini adalah kunyit segar, gula jawa, dan asam jawa. Rasanya sangat segar, apalagi jika dikonsumsi dalam keadaan dingin, ditambah beberapa bongkas es batu.
Di sebelah kunyit asam, saya terpaku melihat tumpukan wadah yang berisi rendang jengkol. Seketika saya langsung ingat ibu mertua dan bapak mertua yang senang sekali dengan jengkol. Kalau saya lebih memilih makan rendang saja daripada makan jengkolnya :p.
Rendang jengkol ini diproduksi oleh Makmoe Spice, hasil racikan resep Bu Nanda yang asli Godean. Tidak terasa, saya lama berdiri di tenant Bu Nanda karena bercerita panjang lebar tentang awal mulanya berjualan rendang kalengan.
"Mulanya saya hanya membuat rendang saja, mbak. Resepnya saya tekuni dari ibu saya yang jago memasak. Bahkan bahan-bahannya saya petik dari halaman rumah karena bapak saya yang menanam sendiri cabainya," ujar Bu Nanda.
Produksi rendang ini mengalami beberapa percobaan ke konsumen terutama dari segi pembungkusan.
"Saya mencoba untuk membuatnya dalam kaleng karena ada permintaan, terutama agar bisa digunakan untuk oleh-oleh, makanan anak kost, dan juga lebih praktis," kata Bu Nanda sembari menata dagangannya.
Bagaimana usaha Makmoe Spice bisa berjalan sampai sekarang berkat usaha Bu Nanda yang kreatif untuk menambah menu lainnya.
Seiring berjalannya waktu, Bu Nanda membuat bumbu rendang dalam kemasan bubuk kering. Produk ini cocok untuk digunakan bagi teman-teman yang ingin memasak rendang namun tidak ingin repot mengolah bumbunya yang kompleks. Bumbu rendang akan sangat nikmat dipadukan saat sedap santap dengan daging sapi, atau bahkan sesederhana membuat nasi goreng menggunakan bumbu rendang buatan Makmoe Spice ini.
Bu Nanda memulai usaha Makmoe Spice ini sekitar 4 tahun yang lalu. Semua makanan diproduksi sendiri dan dibantu dijualkan oleh teman-temannya yang tergabung dalam Forum Komunikasi di kecamatan dekat tempat tinggal Bu Nanda.
Namanya orang berjualan, tentu saja ada hambatannya. "Saya sempat trial error untuk packaging rendang kaleng. Karena saya membuat kaleng dengan ukuran yang terlalu besar, sedangkan konsumen lebih suka jika ukuran kalengnya tidak terlalu besar agar mudah dibawa. Sejak saat itu, saya merombak ukuran kaleng menjadi lebih mini. Ukuran handcarry," kenang Bu Nanda sambil mengingat kala itu.
Setelah daritadi berkeliling ke tenant yang berjualan minuman, langkah kaki saya terhenti saat melihat rangkaian kue bolu dengan motif batik yang ditata sedemikian rupa. Bentuknya unik sekali dengan packaging yang minimalis namun kental dengan suasana Jawa. Sekotak Batik Kukus buatan Bu OliviaRu berisi 10 bolu dengan harga Rp40.000,-. Motif batiknya yang sangat familiar yaitu motif Kawung untuk bolu rasa cokelat dan motif Parang untuk bolu rasa keju.
Beralih ke tenant UKM selanjutnya, saya membeli keripik singkong dengan rasa paru, karena suami minta dibelikan snack yang rasanya gurih. Cukup merogoh kocek Rp10.000,- saya sudah bisa mendapatkan keripik singkong rasa paru, asli buatan Ibu Rusmiati dengan brand Larizzy Snack.
Sembari bercerita dengan Ibu Rusmiati, beliau mempersilakan saya untuk mencicipi ikan teri krispi dan juga abon sapi. Sambil mengunyah secara perlahan, aroma asin ikan teri bercampur dengan tepung yang renyah beradu dalam mulut saya. Rasanya renyah dan gurih sekali. Akan sangat cocok jika makan ikan teri krispi dipadukan dengan nasi putih hangat dan juga sambal bawang. Duh, membayangkannya saja sudah membuat lidah bergoyang dan perut keroncongan.
Ibu Rus juga menceritakan produk-produk lainnya yang ia bawa, antara lain cookies kacang, ikan teri pedas dan rasa original, jahe instan, abon sapi, hingga susu kedelai rasa cokelat. Selama ini beliau menjual produknya melalui teman-teman komunitas, ikut pameran, serta dijual secara online melalui media sosial. Tantangan berjualan yang selama ini ia alami adalah kesulitan untuk mencari bungkus ikan teri yang berbentuk bulat kaleng namun terbuat dari plastik. "Beberapa vendor produk kalengnya sangat mahal sehingga saya kesulitan menentukan harga jual," begitu tutur ibu Rus.
Produk fashion
Tidak puas sampai di tenant makanan saja, saya pun menjajaki tenant fashion. Pertemuan dengan Ibu Ningrum pemilik Fahilah Batik & Fashion menjadi ajang jual beli bagi saya yang memang sedang mencari kalung dengan unsur etnik dan ada motif batiknya. Kebetulan, selain menjual batik tulis dan cap, Bu Ningrum juga menjual banyak kalung cantik yang bisa mempercantik penampilan. Kalung-kalung ini akan sangat tepat digunakan saat sedang menghadiri acara resmi seperti kondangan atau mengikuti pertemuan.
Batik jumputan juga menjadi produk yang dijual oleh Fahilah Batik & Fashion. Jika teman-teman ingin melihat proses pembuatan batik, bisa mampir ke showroom Ibu Ningrum yang ada di Karanggede, Pendowoharjo, Sewon, Bantul.
Produk craft
Ini adalah salah satu koleksi kalung etnik yang diproduksi oleh Falihah Batik & Fashion. Teman-teman dapat membelinya dengan harga mulai dari Rp35.000,- hingga Rp80.000,- untuk ukuran kalung yang lebih banyak hiasannya. Rasanya senang sekali bisa membeli dan menggunakan produk lokal buatan dalam negeri. Ternyata memang menyenangkan sekali ya, bisa pindah ke kota Jogja yang kaya sekali akan budaya dan juga produk-produk UKM yang berkualitas.
Berkeliling dari tenant satu ke tenant yang lain, membuat saya berhenti sejenak. Saya berpikir sembari melihat shopping bag yang saya bawa dari rumah. Kebiasaan membawa shopping bag kemana pun saya pergi ternyata membawa banyak manfaat. Selain tidak boros plastik, tentunya kita juga punya andil untuk menciptakan keadaan yang ramah lingkungan, dimulai dari hal terkecil seperti memenuhi kebutuhan belanja sehari-hari.
Ternyata, shopping bag saya sudah hampir penuh. Saya sudah membeli barang untuk suami, oleh-oleh untuk mertua, serta untuk diri sendiri. Tapi sepertinya ada yang lupa. Ternyata saya belum membelikan oleh-oleh untuk adik ipar. Maklum saja, jiwa ibu-ibu yang doyan belanja rupanya sudah mulai mengalir dan mulai mendarah daging :D
Saya memutuskan untuk membelikan adik ipar sebuah totebag lucu yang bisa digunakan untuk les atau membawa buku pelajaran ke sekolah. Aksesoris tas yang menarik ini adalah hasil karya Bu Yeni, pemilik Rizq Bags. Fokus berjualan dari 1 dekade yang lalu, Bu Yeni memulai usahanya dengan menjual totebag. Lambat laun usahanya mulai membuahkan hasil ditandai dengan beliau mulai memproduksi sendiri semua barangnya mulai dari ransel, totebag, hingga pouch di tahun 2014.
Kapasitas produksi Bu Yeni semakin tinggi karena harus melayani permintaan dari daerah Lampung, Kalimantan, hingga pulau Sulawesi, sehingga kadang beliau kewalahan untuk menerima pesanan. Beliau saat ini dibantu oleh dua orang admin yang khusus melayani penjualan online melalui Whatsapp dan juga media sosial. Selain itu, Bu Yeni juga sudah memiliki penjahit sendiri yang membantunya mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Untuk penjualan offline, Rizq Bags menjual produknya saat Sunday Morning (SunMor) di hari Minggu dengan 2 stand yang berlokasi di dekat UGM dan dekat UNY.
Setelah berbelanja cukup banyak, saya memutuskan untuk berteduh di dekat pohon di pojok tenant. Saya melihat kerumunan orang yang sedang berkumpul di beberapa tenda yang disediakan oleh panitia. Ternyata di situ terdapat tenant yang melayani jasa pijat akupresur yang menitikberatkan pada tekanan di area tubuh tertentu.
Ada juga tenant yang membuka jasa sedekah pijat dengan konsep membayar seikhlasnya. Satu hal yang menarik dari tenant sedekah pijat adalah massage dengan menggunakan teknik dari Thailand, yaitu teknik memijat tanpa harus melepas pakaian dan berlumuran dengan minyak, disertai dengan gerakan khusus yang membantu untuk memperlancar peredaran darah ala negeri Thailand.
Perjalanan saya datang di UKM Great Sale ini membawa pengalaman unik, perasaan puas karena mendapatkan barang belanjaan yang dicari, serta mendapatkan networking baru dari teman-teman UKM Jogja. Senang sekali bisa bertukar cerita dengan mereka, para pejuang ekonomi tangguh dengan kisah yang menginspirasi.
Mereka mengajarkan kepada kita semua tentang arti pekerjaan. Di mana bekerja tidak harus datang ke kantor pagi hari dan mengisi absensi. Bagi teman-teman UKM Jogja, bekerja punya arti yang lebih luas. Bekerja lebih dari mencari rezeki, tapi memberdayakan orang lain yang membutuhkan lapangan pekerjaan, sembari membuat produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bekerja lebih dari sekadar berharap untuk mendapatkan promosi, tapi membuka kesempatan yang lebar untuk berkolaborasi dengan pihak lain yang punya satu visi misi.
Sambil berjalan perlahan menunggu ojek online untuk pulang ke rumah, pikiran saya melayangkan sebuah harapan agar kegiatan pemberdayaan UKM di kota Jogja bisa semakin maju dengan menghadirkan berbagai kegiatan lain yang bermanfaat. Dengan adanya pameran seperti UKM Great Sale, bisa mendorong masyarakat untuk menghargai local artist, pengrajin lokal, dan para wirausaha yang berjualan, dengan membeli dan bangga menggunakan produk dalam negeri. Syukur apabila kegiatan pemberdayaan UKM di kota Jogja justru bisa menjadi role model bagi kota-kota lainnya di Indonesia untuk dapat memajukan komunitas UKM. Semoga ini semua bisa direalisasikan dengan dukungan penuh semua pihak yang terlibat, termasuk kita, para konsumen yang turut memberikan kontribusi untuk ekonomi dalam negeri.
--- Tulisan ini diikutsertakan untuk Lomba Blog Pameran Produk Lokal UKM 'UKM Great Sale' di Alun-alun Sewandanan Pakualaman Jogja, pada tanggal 28-29 Februari 2020.
Dibuat sepenuh hati dari buah pikiran sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, beberapa opini, dan juga foto hasil jepretan milik ponsel sendiri---
Tidak ada komentar