Mengenal Bitcoin: Mata Uang Digital Untuk Investasi dan Transaksi


Rasanya seperti sekejap, Kirana, seorang mahasiswi semester 6 di sebuah Fakultas Ekonomi di Universitas di Jakarta, baru mendapatkan tugas akhir dari dosennya. Padahal sudah 1 bulan berjalan, namun ia belum dapat menyelesaikan tugas yang bobotnya adalah 60% dari nilai keseluruhan.



Sekali saja hasilnya jelek, nilai keseluruhan pasti akan jeblok. Kirana sangat tahu risikonya. Nilai yang kurang dari standar akan membuatnya tersingkir dari daftar penerima beasiswa tahun ini.



Ini artinya, tugas kali ini benar-benar pertaruhan hidup atau mati untuk dapat terus melanjutkan kuliahnya.



Hingga suatu ketika, ia sedang mengunjungi sudut online di kampusnya dan menemukan sebuah judul berita dari laman Forbes, "Bitcoin Lebih Berharga Dibandingkan Emas".



Jantungnya berdebar kencang ketika membaca judul tersebut. Pikirannya menilisik jauh tentang tugas yang diberikan oleh dosennya terkait dengan "ragam transaksi keuangan".



Seakan mendapat pencerahan, Kirana langsung membaca lanjutan dari judul tersebut:


Bitcoin telah membuat 'emas menjadi debu' dalam beberapa bulan terakhir.

Saham The Bitcoin Investment Trust mencapai hampir 3x lipat nilainya dalam 12 bulan terakhir, dan perolehannya mencapai hingga lebih dari 30% dalam tiga bulan terakhir saja.

Sementara itu, saham emas SPDR turun 3,78% dalam 12 bulan terakhir dan naik 4,49% dalam 3 bulan terakhir.

                        img src: finance.yahoo.com 3/3/2017

Ternyata, Bitcoin lebih populer dibanding emas di kalangan investor.

Apakah ini hanya tren saja atau sesuatu yang fundamental bagi mata uang digital? Jawabannya belum pasti. Yang pasti adalah ketidakpercayaan akan mata uang nasional terus berlanjut, menyusul kebijakan pemerintah yang meragukan sehingga mendorong masyarakat untuk menggunakan Bitcoin.
.....................................................................................
.....................................................................................


Tidak perlu berpikir lama, Kirana langsung yakin bahwa topik Bitcoin inilah yang akan menjadi hasil dari tugas akhirnya, walaupun Kirana belum selesai membaca berita tersebut. 

Topik tentang Bitcoin menurut Kirana sangat cocok karena memenuhi syarat tugas dengan tema "transaksi yang dapat diterapkan langsung beserta contoh perusahaan serta penerapan di kehidupan nyata".

Setelah seharian melakukan riset secara mendalam mengenai topik Bitcoin, Kirana mulai mencoba menuliskan tentang tugas akhirnya:

Memanfaatkan Bitcoin; Alat Transaksi dan Investasi yang Mudah Digunakan Era Ini 
oleh Kirana Kartika


Bitcoin, yang biasa disebut dengan emas digital atau 'Emas 2.0' merupakan cara baru dalam melakukan transfer dan menyimpan uang. Sederhananya, Bitcoin merupakan uang digital yang pembayarannya dapat dilakukan melalui media internet.

Jika sebuah mata uang diatur penggunaannya oleh sebuah lembaga yang disebut dengan bank, maka berbeda dengan Bitcoin yang dalam penggunaannya tidak diatur oleh lembaga mana pun. Pemilik Bitcoin lah yang memiliki kewenangan untuk mengatur transaksi Bitcoin.

Kegunaan Bitcoin berperan sebagai alat tukar menukar dalam transaksi online yang dahulu kerap dilakukan oleh para pelaku e-commerce. Namun untuk saat ini, penggunaan Bitcoin sudah digunakan lebih luas tidak terbatas pada pelaku usaha online saja.

Bentuk dari Bitcoin tidak sama seperti namanya. Koin bukanlah merupakan bentuk asli dari Bitcoin, begitu pula dengan kertas layaknya uang pada umumnya. Bentuk Bitcoin adalah berupa file yang dienkripsi menggunakan kode-kode tertentu.

Seperti dompet atau rekening untuk menyimpan uang, dalam menggunakan Bitcoin juga memerlukan wadah penyimpanan. Bisa berupa hardisk atau sebuah aplikasi Bitcoin wallet.


Mengapa Semakin Banyak Orang Membeli Bitcoin?
Transfer uang yang dilakukan pada sesama bank tentu prosesnya akan cepat. Namun, bagaimana dengan transfer uang yang dilakukan pada 2 rekening bank yang berbeda?

Maka proses transfer yang dilakukan akan lebih lama karena sistem bank satu dengan bank yang lainnya berbeda sehingga sistem kasnya perlu dicocokkan. 

Namun, bagaimana jika transfer dilakukan pada bank di negara dan benua yang berbeda? 
Hal ini menjadi lebih rumit karena banyaknya perbedaan antara lain; bahasa, sistem bank, serta mata uang yang juga berbeda. 

Belum lagi jika harus memasukkan berbagai informasi penting dalam mengurus transfer uang internasional seperti nama lengkap, nama orang tua, alamat, dan nomor telepon, yang merupakan data rahasia dan rawan untuk disalahgunakan jika sampai pada pihak yang tidak bertanggung jawab.

Akibatnya, waktu untuk melakukan transfer antar bank, antar negara, dan antar mata uang menjadi lama. Begitulah gambaran kompleksnya sistem keuangan jika transaksinya dilakukan secara internasional.

Masalah transaksi internasional serta keamanan keuangan merupakan situasi yang rumit dan perlu dicari jalan keluarnya. Dengan adanya Bitcoin, masalah ini sudah terjawab dengan satu sistem kas dapat disinkronisasi dengan internet sehingga dapat diakses oleh siapa saja, tidak terbatas jarak/negara, waktu, atau pun mata uang tertentu.

Selain itu, sistem pembayaran dengan Bitcoin memungkinkan transaksi untuk dilakukan secara lebih cepat, lebih mudah, dan lebih murah. 

Penggunaan Bitcoin juga tidak sebatas untuk transfer saja, akan tetapi dapat dilakukan untuk membeli barang online, menerima gaji, serta transaksi keuangan lainnya karena Bitcoin sama penggunaannya seperti uang yang biasa kita gunakan.

Sifat Bitcoin yang peer-to-peer, juga berdampak pada segi manfaat dalam hal sekuritas teknis dan sistem. Tidak akan ada kekawatiran jika misalnya belum dapat mengakses Wallet ataupun Bitcoin.

Berikut merupakan deskripsi mengenai Bitcoin yang disajikan dalam bentuk infografis:

sumber: http://cryptorials.io/8-awesome-infographics-bitcoin/


Manfaat dan Penerapan Bitcoin

1. Memudahkan transaksi online
2. Tidak terbatas jarak, waktu, atau pun mata uang tertentu
3. Sistem pembayaran internasional
4. Sistem peer-to-peer menjadikan pembayaran secara aman, mudah, dan cepat
5. Tidak dikontrol oleh entitas atau lembaga tertentu
6. Perlindungan identitas karena transaksi yang anonymous


Investasi dengan Bitcoin

Selain sebagai transaksi, Bitcoin juga dapat digunakan sebagai instrumen investasi yang applicable. 

Penggunaan Bitcoin sebagai sarana investasi merupakan cara yang mudah dilakukan karena Bitcoin dapat dikontrol oleh pengguna itu sendiri, bahkan melalui aplikasi di smartphone sehingga tidak memerlukan jasa manager investasi.

Cara Mendapatkan Bitcoin

Beberapa perusahaan menyediakan fasilitas untuk jual, beli, penukaran, serta transaksi lainnya dengan menggunakan Bitcoin.

Akan tetapi, yang perlu diingat adalah faktor keamanan dari penyimpanan Bitcoin. Apakah selama ini penyimpanan Bitcoin sudah dilakukan dengan benar dan mematuhi prosedur keamanan?

Dengan banyaknya jasa penyedia fasilitas jual dan beli Bitcoin, prioritas pertama yang harus dipilih adalah perusahaan yang sudah terpercaya dan terjamin dari segi keamanannya.

Terlebih jika ingin menggunakan Bitcoin setiap hari, maka diperlukan kunci privat (private key) versi digital di smartphone agar dapat mengakses Bitcoin lebih mudah. 

Masalahnya, akan ada peluang untuk kehilangan smartphone atau data-data yang ada di dalamnya. Otomatis ini akan menghilangkan kunci privat sehingga Bitcoin juga akan lenyap.

Untuk mengantisipasi hal ini, pilihlah perusahaan dengan reputasi yang kredibel. Rekomendasi terbaik adalah perusahaan Luno

sumber: http://media.coindesk.com

Keunggulan Luno adalah dalam strategi mobile dan eksekusi dibandingkan dengan perusahaan jasa layanan Bitcoin lain.

Luno merupakan satu-satunya layanan yang memperbolehkan adanya aktivitas uji kelayakan dari institusi keuangan lokal.

Jika menggunakan layanan dari Luno, kita dapat secara mudah melakukan transaksi membeli, menjual, menggunakan Bitcoin, atau pun untuk investasi Bitcoin secara aman.

Keamanan ini merupakan prioritas bagi Luno karena penyimpanan kunci privat dilakukan pada brankas besi bank menggunakan akses sidik jari dan scan retina. Bukan hanya di satu brankas besi, namun berbagai brankas besi di banyak benua.

Sistem ini dapat diakses jika kunci-kunci dari berbagai brankas besi digabungkan agar bisa mengambil Bitcoin. Ini disebut dengan teknologi 'multisig' (multiple signatures required).

Dengan aplikasi mobile yang bisa langsung di-install melalui smartphone android atau i-Phone, teknologi dari Luno memudahkan transaksi Bitcoin dalam satu genggaman.

sumber: https://luno.com


Dengan layanan kelas dunia yang dihadirkan secara lokal, Luno merupakan solusi dari sistem keuangan yang kompleks serta memberikan keamanan bertransaksi Bitcoin secara mudah, biaya yang lebih minim, dan cepat.



sumber: www.luno.com

Luno memudahkan untuk membeli, menyimpan, dan mempelajari Bitcoin di Indonesia.

Pelajari lebih lengkapnya melalui website Luno serta download aplikasinya di PlayStore atau AppStore sekarang juga.

***

Tugas akhir tersebut telah dikumpulkan Kirana satu hari sebelum tenggat waktu yang ditetapkan. 

Berkat berita yang dibacanya mengenai "Bitcoin Lebih Berharga Dibandingkan Emas", risetnya yang mendalam mengenai topik transaksi Bitcoin, serta pembelajaran dari perusahaan Luno sebagai layanan jasa keuangan Bitcoin terpercaya membuat hasil tugas akhir Kirana selesai dengan lancar. 

Nilai akhir Kirana mendapatkan predikat 'sangat baik' serta masih mendapatkan statusnya sebagai mahasiswa penerima beasiswa di kampusnya.

Tidak sebatas tugas saja, Kirana saat ini sudah menggunakan layanan Bitcoin terpercaya dari Luno untuk melakukan transaksi dan investasi. Kirana yakin untuk berinvestasi karena Bitcoin mudah digunakan dan dikontrol sendiri menggunakan aplikasi Luno yang terinstall di smartphonenya, tanpa perlu repot menggunakan jasa manajer investasi.

Kirana sudah melakukannya. Sekarang, kamu lah orang yang tepat untuk menggunakan jasa layanan Bitcoin dari Luno selanjutnya! 
Kunjungi dan daftar melalui www.luno.com/id untuk lebih jelasnya ya :)

Penyakit Procrastination, dari Penyebab Hingga Solusinya

Pas lagi di jalan mau berangkat ke kampus, gue kepikiran, “Mau bikin tugas dari dosen, ah!”. Tapi begitu mau nugas, gue beralasan “Nanti aja deh jam 10 pas kelar kelas.” Pas udah jam 10, gue malah mikir, “Abis makan siang kayanya jadi performa terbaik gue buat nugas.” Begitu udah makan siang, ada tugas baru lagi dan gue beralasan “Nanggung nih, nanti deh kerjain pas udah di rumah. Sekalian aja, biar efisien.” Ternyata setelah sampai rumah, apa yang terjadi? Gue capek dan langsung tidur. Repeat everyday. Kalo procrastination ini sampai jadi kebiasaan. Hancurlah hidup gue.
Procrastination, adalah aksi menunda suatu kegiatan. Orang yang melakukan procrastination disebut procrastinator. Salah satu aktivitas yang disukai oleh para procrastinator adalah membuat rencana atau planning. (Hayo ngaku!) Procrastinator menyukai perencanaan karena di dalam perencanaan tidak terdapat aktivitas untuk melakukan. Pada umumnya, planning yang dibuat oleh procrastinator adalah rencana yang kurang spesifik, tidak jelas, ingin sempurna, atau bahkan terlalu banyak sehingga tidak realistis. Ingat, 24 jam yang kita miliki setiap hari, tidak dapat digunakan untuk mengerjakan segala rencana yang dipikirkan. Ketika lo kelar bikin planning, pasti lo mikir, “Gokil, banyak banget plan gue, sempurna nih.”
                       img src: http://www.insidethelifeofmoi.com/2016/04/13/the-art-of-procrastination/
Bagaimana mungkin, tugas untuk membuat paper 20 halaman dalam waktu 2 minggu. Sedangkan kenyataannya, tinggal 2 hari tersisa, dan kita harus begadang sepanjang malam, melawan kelelahan, berharap hasilnya maksimal, padahal kapasitas tubuh dan pikiran sedang dalam kondisi minimal? Bagaimana bisa? Sekarang nyesel?
Terus, gimana solusinya?
Solusinya, planning yang lo buat harus memiliki satu prioritas yang harus banget lo lakukan. Lo musti meluangkan waktu untuk bisa fokus di SATU PRIORITAS tersebut. Ga bisa ga! Dan tidak ada alasan apa pun untuk menunda. Terapkan prinsip Pareto 80-20. Dimana untuk banyak kejadian, sekitar 80% efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. 80% dari keberhasilan hidup lo adalah hasil dari 20% usaha lo selama ini. Artinya, cuma ada 20% planning atau usaha yang musti dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan. Jadi, tugas lo adalah mempertajam intuisi dan mencari 20% usaha tersebut.
Setelah lo udah pikirin 1 prioritas utama yang musti lo kerjakan, what’s next? Kalo lo adalah seorang procrastinator kelas berat, gue yakin, pasti prioritas itu ga akan lo kerjakan.
Gue punya satu contoh efektif untuk bisa menerapkan prioritas ini.
Katakanlah, gue ingin menjadi full time developer dan akan membuat sebuah aplikasi. Disini, kalo gue menulis prioritas: pelajari cara coding. Otak gue yang punya bawaan procrastinator ini, pasti akan menolak mentah-mentah untuk belajar coding. Jadi, gue harus breakdown satu prioritas tadi menjadi seperti ini:
Step 1: Mendaftar kursus coding untuk jangka waktu 3 bulan
Step 2: Mengerjakan tugas kursus dengan rutin dan identifikasi knowledge gaps
Step 3: Membangun mockup dan mengirimnya ke developer untuk mendapatkan feedback
Tidak ada seorang pun yang bisa “membangun rumah”. Yang ada hanyalah menyusun bata demi bata, dilapisi semen, dan bahan material lainnya, setiap hari, tanpa menyerah, dan akhirnya menjadi rumah. Jadi yang perlu dilakukan seorang procrastinator adalah memulai dengan perlahan dan rutin. Bedakan antara, “Mulai belajar coding pada bulan November” dengan “Mulai belajar coding sejak tanggal 12 November dari jam 6-8 malam”.
Memulai apa yang telah direncanakan. Komit sama apa yang udah dibuat. Buang semua distraksi, dan mulailah! You need to show yourself you can do it, not tell yourself. They told you, you couldn’t, and that’s why you did.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah, menceritakan mengenai satu prioritas tersebut pada orang yang kita percaya, dan meminta tolong untuk mengingatkan dan memotivasi kita saat kita berusaha melakukan penundaan lagi.
Tips lain yang agak gokil tapi worth it adalah dengan menciptakan kepanikan lo sendiri. Misal, kalo lo mau bikin apps buat startup, maka lo musti menentukan tanggal untuk launchingnya, dan kemudian membuat sounding untuk publikasi aplikasinya. Atau kalau lo mau bener-bener membesarkan bisnis yang selama ini “disambi” sama kerjaan, lo bisa ciptakan kepanikan dengan cara memberanikan diri untuk resign dari pekerjaan dan mulai fokus dengan bisnis.
Sekarang udah tahu semua kuncinya, jadi jangan ditunda-tunda lagi, ya!
*artikel ini sebelumnya dimuat di Ziliun.

‘6 Stops’ You Must-to-Do, If You Want to be More Productive

Beruntung ketika banyak tugas yang harus dikerjakan, gue menemukan artikel ini. Rasanya kaya gue habis minum obat, kemudian merasakan efeknya. Seperti menyembuhkan.

Sebuah artikel yang ditulis oleh Cam Mi Pham, seorang digital marketer yang sukses. Apa yang ditulis oleh Cam Mi Pham diantaranya udah gue pelajari di kampus, tapi di kehidupan nyata gue sering lupa sama prakteknya. Itulah sebabnya muncul lah sebuah diksi yang diberi nama ‘kepepet’. Lo mungkin tahu, tapi kalo gak kepepet, lo gak akan pernah benar-benar paham. Berdasarkan riset, di bawah ini ada 7 cara yang harus lo biasakan kalo pengen hidup lebih produktif (bukan hanya sibuk gak jelas):

1. Berhenti Lembur
Henry Ford, pemilik dari Ford Motor Company menginisiasi ’40-hour work week’ di perusahaan yang telah ia bangun. Terapan ini berdasarkan dari riset menarik yang telah dilakukan bahwa, ketika lo menurunkan jam kerja dari 10 jam ke 8 jam, dan mengurangi hari kerja dari 6 hari ke 5 hari kerja dalam seminggu, maka produktivitas lo akan meningkat. Sepertinya ini akan menjadi bullshit menurut para anak muda yang ngerasa punya energi berlebih dan menyalurkannya untuk lembur kerja. Sekilas lo akan terlihat lebih struggle kalo kuat melek dan rela memangkas jam tidur untuk menyelesaikan tugas yang menumpuk (entah karena emang tugasnya yang overload atau lo nya aja yang procrastinator). Padahal itu salah kaprah. Dengan istirahat yang cukup membuktikan bahwa peningkatan kualitas kerja akan terjadi jika hal ini dibiasakan (sumber: The Secret World of Sleep: The Surprising Science of The Mind at Rest). Beberapa orang sukses seperti Leonardo da Vinci, Thomas Alfa Edison, F.D. Roosevelt, dan lain-lain memiliki waktu istirahat yang cukup. Mungkin mereka mengerjakan karyanya dengan lembur, tetapi sebelumnya mereka udah istirahat lebih dulu (take a nap) agar bisa menghasilkan masterpiece dengan maksimal.

2. Berhenti Jadi Yes Man
Mulai biasakan untuk bilang ‘tidak’ untuk suatu hal yang gak akan memberikan hasil apa pun. Seperti kata Warren Buffet, “The difference between successful people and very successful people is that very successful people say “no” to almost everything.” Prinsip Paretto 80/20 menyatakan, 20% dari usaha yang lo lakukan akan memberikan hasil sebesar 80%. Jadi baiknya adalah fokus sama effort sebanyak 20% tersebut agar hasilnya maksimal. Kenapa jadi yes man itu lebih mudah? Karena bilang ‘tidak’ justru lebih susah (mungkin pada awalnya). Entah karena gak enak hati, takut dibilang sombong, dan sebagainya. Tapi kalo iya-iya aja ternyata ujungnya malah PHP gimana? Nah lo.

3. Berhenti Terlalu Mandiri
Menangani semua hal seorang diri mungkin terlihat lebih efisien karena gak perlu buang waktu untuk mencari bantuan orang atau mungkin bisa lebih irit ongkos. Tapi ternyata, kuncinya ada pada ‘delegasi’. Minta tolong sama orang yang tepat hasilnya akan jauh lebih bagus daripada mengerjakan seorang diri tapi output nya cuma setengah. Waktu yang lo alihkan tadi dapat dipakai untuk lebih fokus menangani hal yang lebih penting yang lebih lo kuasai. Hal ini diteliti oleh David Nowell, Ph.D., seorang neuropsychologist dari Worcester, Massachusetts yang menyatakan bahwa “Distractable people get more done when there is someone else there, even if he isn’t coaching or assisting them.”

4. Berhenti Jadi Perfeksionis
Butuh waktu lebih banyak dari target, menunda dan selalu menanti waktu yang tepat, terlalu fokus sama hal detail sampai lupa sama konsep besar merupakan beberapa ciri dari perfeksionis. Kalo sifat-sifat itu ada di dalam diri lo, artinya lo harus lebih bisa kontrol diri sendiri. Riset menemukan fakta bahwa semakin perfeksionis seorang profesor, maka tingkat produktivitasnya justru semakin rendah. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Simon Sherry, seorang profesor psikologi dari Universitas Dalhousie. Dr. Sherry menyimpulkan bahwa terdapat korelasi kuat antara peningkatan perfeksionisme dan penurunan produktivitas.

5. Berhenti Mengulang-ulang Kegiatan yang Sama
Capek gak sih mengulang-ulang kegiatan yang sama? Kalo lo ngerasa iya, berarti penelitian yang dilakukan oleh Tethys Solution menghasilkan fakta yang sama. Menurut studi penelitian yang diuji pada sebuah tim yang terdiri dari 5 orang, mereka menghabiskan 3%, 20%, 25%, 30% dan 70% dari waktu mereka pada tugas yang berulang sehingga waktu mereka berkurang sebesar 3%, 10%, 15% , 15% dan 10% setelah 2 bulan meningkatkan produktivitas. Banyak orang yang udah terbiasa melakukan suatu hal, menjadi lupa bahwa waktu masih terus berjalan sehingga justru malah lebih lama dalam menyelesaikan pekerjaan. Jadi bagaimana solusinya? Stop doing repetitive tasks and start automating it. Lo bisa membuat sistem atau patokan untuk hal yang sering lo lakukan. Walapun ini sedikit menyita waktu, tetapi hasilnya akan lebih efisien karena waktu untuk mengerjakan hal tersebut akan menjadi lebih singkat.

6. Berhenti Kerja Sejenak
Saat kita berusaha untuk fokus, maka secara tidak langsung kita membatasi dengan dunia luar melalui sekat yang telah dibuat sendiri. Sesekali keluarlah dan berhenti bekerja sejenak untuk refleksi. Banyak versi dari refleksi seperti contohnya dengan cara menyendiri, beribadah, atau pergi ke tempat favorit. Waktu yang diluangkan untuk diri sendiri (alone time) akan baik untuk otak dan spiritual menurut sebuah artikel dari The Boston Globe. Salah satu studi Harvard menemukan bahwa orang-orang akan lebih banyak membentuk kenangan dan pikiran yang jernih saat mereka sedang refleksi atau mengalami sesuatu seorang diri. Penelitian lain menunjukkan bahwa dengan meluangkan waktu sejenak untuk diri sendiri akan dapat membuat perasaan lebih peka dan empati terhadap orang lain.


*artikel ini sebelumnya sudah pernah dimuat di Ziliun.