Kenapa Banyak Orang Sering Ngaret?

Kenapa Banyak Orang Sering Terlambat?


Fun facts (agak) penting: terima kasih buat Hayley Williams dkk yang udah nyiptain "For a Pessimist, I'm Pretty Optimistic". Karena dengerin itu, tulisan ini bisa lahir.


Orang yang optimis adalah orang yang suka ngaret. Mayoritas warga Indonesia adalah orang yang suka ngaret. Maka kesimpulannya, mayoritas warga Indonesia adalah orang-orang yang optimis.

Sebuah premis yang menggelitik namun sarkastik.

Artikel ini diawali dari sebuah ungkapan,
Most late people have been late all their life, and they are late for every type of activity — good or bad. (by Diana De Lonzor, management consultant)

Udah jelas kan, orang yang sering datang terlambat, biasanya selalu terlambat di setiap aktivitas atau acara yang didatanginya.

Sebenernya, penyebab dari telat ini apa aja, sih? Begadang? Kesiangan? Macet? Atau malah karena udah jadi budaya? Yaa.. beberapa alasan tadi mungkin bisa jadi salah satu penyebabnya. Tapi kalau telatnya tiap hari?

Ternyata pertanyaan gue ini terjawab setelah baca artikel ini. Kata beberapa penganut teori, orang yang sering telat, memiliki masalah di dalam lobus otaknya. Haduh serem juga, ya.

Sekarang, coba lihat di sekeliling kita. 

Misal, ada undangan buat meeting jam 3 sore di ruang A. 
Yang dateng jam 3 kurang, pasti bisa dihitung dengan jari. 
Yang dateng jam 3, yaa.. lumayan lah udah segelintir orang. 
Setengah jam kemudian, bisa nambah beberapa. 
Dan akhirnya, rapat baru dimulai jam 4.

Molor sejam ye. Tapi, di sekeliling kita, batas waktu satu jam itu rasanya masih wajar. 

‘Keren’ bener dah, 60 menit itu ditolerir loh! Bayangin deh, lamanya satu jam itu bisa dipake Lilyana-Tantowi buat memenangkan pertandingan bulutangkis sebanyak 2 kali! 

Waktu sejam itu sebenernya bisa buat ngerjain hal lain yang produktif. Bukan nungguin meeting mulai, karena orang-orang lain datengnya telat.

Kalo udah kayak gitu, siapa yang rugi? Yang nungguin, karena kehilangan waktu sejam. Dan yang telat, karena ketinggalan materi meeting nya plus bikin orang lain ngebuang waktu berharganya mereka. Ruginya dobel-dobel.

Gue penasaran sama fenomena tarik ulur karet waktu ini, dan melakukan riset kecil-kecilan dengan tanya ke orang-orang yang biasanya telat. Dan gue mendapatkan jawaban yang unik, dan cukup mengerutkan dahi:

“Tadi ngurusin sesuatu dulu yang lebih urgent.”

“Ban motor gue bocor.”

“Yah telat 10 menit doang, kok. Lagian masih banyak yang lebih telat daripada gue.”

“Sebenernya gue suka nelat gini karena sakit ati. Dulu, gue selalu dateng on time, tapi ga pernah dihargai. Akhirnya yaudah, gue ngikut nelat aja.”

“Gue ga telat kok. Lo nya aja yang ga ngerti. Kalo ada announcement buat meeting jam 3, itu artinya jam 3 berangkat. Baru mulai jam 4. Kayak baru idup disini aje, lo”

Yang terakhir agak dalam ya hahaha. Gue cuman nanya, eh malah dikatain.
Coba sekarang introspeksi, lo termasuk tipe yang mana? 

Menurut artikel yang gue baca, ada 2 tipe dari lateness:
1. Not okay lateness
Keterlambatan yang membawa dampak negatif bagi orang lain. Contohnya seperti kejadian meeting jam 3 tadi.

2. Okay lateness
Keterlambatan yang tidak membawa dampak negatif bagi orang lain.
Nah, jenis yang kedua ini yang bahaya! Orang-orang dengan keterlambatan kronis kayak gini punya pola pikir bahwa ‘terlambat itu gapapa. terlambat itu tidak salah.’ 

Ini yang dimaksud sama beberapa penganut teori tadi, bahwa ada yang salah dalam lobus otaknya.

Si okay lateness ini, ternyata punya sisi positif dari kelakuan telatnya tadi. Biasanya orang-orang ini punya sifat optimis. Mereka jadi bener-bener narsis. Menganggap bahwa, “semua pekerjaan bisa gue selesaikan semua kok dalam waktu yang singkat”. 

Atau mereka mikir, “gue adalah seorang multitasker yang hebat”. Simpelnya, mereka bukan tipe orang yang hopeless, mereka tipe orang yang hopeful. Wew, ga nyangka ya. Terlihat mindblowing, bahkan ga realistis, tapi itulah faktanya.

Tapi, daripada optimis ini disalahgunakan buat mentolerir sebuah keterlambatan. Kan lebih baik optimisnya dilakukan untuk menjadi pribadi yang lebih produktif dan kreatif. Karena buat bahas masalah waktu ini, ga bakal ada habisnya. Inget kan, kalo “Waktu adalah relativitas”?

Tulisan ini bakal ditutup dengan salah satu quotes favorit gue, “Chronological time doesn’t matter. What matters is how you use your time.”

Source:

Tulisan ini sebelumnya pernah dimuat disini, dan dipublikasikan ulang di blog pribadi penulis dengan sedikit perubahan.

BOOK REVIEW Supernova 1: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh

Saya jatuh cinta terhadap buku sejak saya umur 3 tahun. 

Kata Ibu, ketika 3 tahun, setiap saya bangun tidur, selalu mencari buku, dibolak-balik, diperhatikan, diteliti, sampai diusap-usap. Mungkin pikir saya saat itu, saya kagum dengan warna-warninya.

Beranjak dewasa, saya semakin mencintai buku. 
Saya lumayan banyak mengoleksi buku dari Bentang Pustaka. Sebagian adalah non-fiksi. Sisanya adalah beberapa novel cinta, seri Laskar Pelangi, serta Supernova lengkap dari awal hingga akhir.

Langsung saja, ya.

BOOK REVIEW
SUPERNOVA 1: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh


image source: http://bentangpustaka.com


Awal buku ini bercerita tentang 2 orang bernama Reuben dan Dimas. 

Mereka berdua adalah mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Amerika. Bedanya, Dimas berkuliah di George Washington University, termasuk golongan orang kaya sedangkan Reuben berkuliah di John Hopkins Medical School, merupakan mahasiswa beasiswa.

Dengan latar belakang yang berbeda, mereka lama-kelamaan akrab. Mulai dari membicarakan masalah IPTEK, sains, hal-hal ilmiah, hingga kehidupan pribadi masing-masing.

Hingga suatu hari, Reuben memberikan pengakuan kepada Dimas bahwa dia adalah seorang gay. Tak disangka, gayung pun bersambut. Dimas juga seorang gay. 

Pengakuan ini berujung pada hubungan baru antara Reuben dan Dimas yang mulanya adalah kawan hingga akhirnya menjadi sepasang kekasih.

Reuben dan Dimas dengan segala perdebatannya akan ilmu pengetahuan, bersepakat untuk membuat sebuah karya. Masterpiece yang memadukan fiksi populer dengan berbagai teori ilmiah.

Tanpa mereka sadari, pada dimensi kehidupan nyata, cerita yang dibuat adalah sebuah fakta.

Disinilah keseruan mulai terjadi. Tokoh ciptaan Reuben dan Dimas ternyata bukan sekedar fiksi semata.

Ferre, seorang eksekutif muda dengan karir gemilang, ketampanan, serta kehidupan serba ada. 

Walaupun kesuksesan sudah ada di genggaman tangan, namun hatinya hampa karena Ferre saat ini belum merasakan cinta.

Akan tetapi kehampaan ini tidak berlangsung lama kala Rana, seorang wartawan sebuah majalah, mewawancarai Ferre.

Mungkin terdengar biasa jika seorang pria jatuh cinta kepada wanita. Tetapi Rana sudah memiliki suami yang bernama Arwin. 

Terjadilah cinta terlarang antara Ferre dan Rana.

Di satu sisi, Rana tidak mendapatkan kebahagiaan dari sosok Arwin, suami yang saat ini sangat mencintainya. Lain halnya dengan Ferre, yang bisa selalu membuatnya merasa bahagia.

Tokoh ciptaan Dimas dan Reuben lainnya adalah seorang pelacur 'istimewa'.

Di dunia nyata, tokoh rekaan mereka bernama Diva, seorang model yang sedang naik daun sekaligus pelacur kelas atas yang sangat cerdas dan memiliki harga diri tinggi. Tidak setiap orang bisa menjadi 'pelanggan' dari Diva, harus yang cerdas, bukan sembarang orang, dan tentu saja mampu membayar mahal dengan tarif dollar.

Dalam cerita Dimas dan Reuben, sosok Ferre dan Rana diceritakan sebagai seorang kesatria yang selalu mendambakan putrinya. 

Sama halnya dengan Ferre, yang sedari kecil ingin menjadi kesatria dan menyelamatkan putri pujaan hatinya.

Keinginan inilah yang menjadikan Rana dipanggil 'Putri' oleh Ferre. 

Ibaratnya, Ferre adalah sang kesatria, Rana adalah putri, dan Diva adalah si bintang jatuh. 

Dongeng kecil yang selalu diingat Ferre adalah, kesatria yang ingin terbang. Namun tidak ada yang mampu membawanya terbang tinggi hingga datanglah bintang jatuh yang membawanya melesat jauh.

Akan tetapi, saat kesatria melihat putri, ia lepaskan genggamannya pada bintang jatuh untuk bertemu putri namun malah jatuh tercerai-berai di angkasa. Akhirnya bintang jatuhlah yang mendekap sang putri dalam genggamannya.

Kembali kepada Ferre dan Rana. Sosok Arwin yang sangat mencintai Rana, membuat Rana tidak tega untuk berbohong terus-menerus. Akan tetapi Rana sulit untuk mengucapkan hal itu kepada Arwin.

Sosok Rana yang berubah membuat Arwin menyadari, bahwa Rana sudah tidak mencintai Arwin sepenuhnya. Ada sosok lain yang lebih mampu memberikan kebahagiaan untuk istri yang dicintainya.

Sangat tidak disangka, ternyata Arwin menyelesaikan masalah ini dengan cara yang tidak seperti pada umumnya.

Begitu pula dengan Diva, yang dalam seri ini bukan menjadi tokoh utama, namun memiliki pengaruh besar terhadap alur cerita.

Hingga pada puncaknya, hadirlah tokoh Supernova yang berperan sebagai cyber avatar. Sudah banyak orang mengetahui ketenaran Supernova namun tidak satu pun yang mengetahui siapa sosok dibaliknya.

Para pengguna dunia maya menganggap bahwa Supernova adalah semacam dewa yang bisa memberikan solusi dari setiap permasalahan mereka.

Bahkan, para tokoh di dunia nyata seperti Ferre, Rana, dan Arwin pun, ikut meminta nasihat pada Supernova.

Kemudian yang mengejutkan, ternyata Diva juga memiliki hubungan spesial dengan Ferre. 

Seperti apakah hubungan spesial tersebut?

Bagaimana Supernova, sang cyber avatar mampu memberikan jawaban atas permasalahan Ferre, Rana, dan Arwin? 

Serta seperti apa kelanjutan dan akhir dari masterpiece Reuben dan Dimas?

Ada baiknya kamu bisa langsung membaca seri pertama Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. 

Salah satu novel yang membuat saya terkagum-kagum karena ini adalah karya penulis dalam negeri yang tersohor, Dee Lestari.

Diksinya yang sungguh sangat kaya, beragam pengetahuan ilmiah, serta banyaknya kejutan yang ada, membuat saya menilai novel ini dengan rating 4,5 dari 5.

Selesai membaca buku ini, pasti kamu akan segera penasaran untuk melanjutkan seri kedua yang berjudul Akar.

Lebih baik lagi sih, kalau kamu punya semua serinya sehingga kamu akan lebih memahami keseluruhan dari cerita Supernova yang akhirnya sungguh sangat tidak diduga.

Detail buku:
Judul: Supernova 1: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh
Penulis: Dewi 'Dee' Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Harga: Rp 74.000,-

Mengenal Bitcoin: Mata Uang Digital Untuk Investasi dan Transaksi


Rasanya seperti sekejap, Kirana, seorang mahasiswi semester 6 di sebuah Fakultas Ekonomi di Universitas di Jakarta, baru mendapatkan tugas akhir dari dosennya. Padahal sudah 1 bulan berjalan, namun ia belum dapat menyelesaikan tugas yang bobotnya adalah 60% dari nilai keseluruhan.



Sekali saja hasilnya jelek, nilai keseluruhan pasti akan jeblok. Kirana sangat tahu risikonya. Nilai yang kurang dari standar akan membuatnya tersingkir dari daftar penerima beasiswa tahun ini.



Ini artinya, tugas kali ini benar-benar pertaruhan hidup atau mati untuk dapat terus melanjutkan kuliahnya.



Hingga suatu ketika, ia sedang mengunjungi sudut online di kampusnya dan menemukan sebuah judul berita dari laman Forbes, "Bitcoin Lebih Berharga Dibandingkan Emas".



Jantungnya berdebar kencang ketika membaca judul tersebut. Pikirannya menilisik jauh tentang tugas yang diberikan oleh dosennya terkait dengan "ragam transaksi keuangan".



Seakan mendapat pencerahan, Kirana langsung membaca lanjutan dari judul tersebut:


Bitcoin telah membuat 'emas menjadi debu' dalam beberapa bulan terakhir.

Saham The Bitcoin Investment Trust mencapai hampir 3x lipat nilainya dalam 12 bulan terakhir, dan perolehannya mencapai hingga lebih dari 30% dalam tiga bulan terakhir saja.

Sementara itu, saham emas SPDR turun 3,78% dalam 12 bulan terakhir dan naik 4,49% dalam 3 bulan terakhir.

                        img src: finance.yahoo.com 3/3/2017

Ternyata, Bitcoin lebih populer dibanding emas di kalangan investor.

Apakah ini hanya tren saja atau sesuatu yang fundamental bagi mata uang digital? Jawabannya belum pasti. Yang pasti adalah ketidakpercayaan akan mata uang nasional terus berlanjut, menyusul kebijakan pemerintah yang meragukan sehingga mendorong masyarakat untuk menggunakan Bitcoin.
.....................................................................................
.....................................................................................


Tidak perlu berpikir lama, Kirana langsung yakin bahwa topik Bitcoin inilah yang akan menjadi hasil dari tugas akhirnya, walaupun Kirana belum selesai membaca berita tersebut. 

Topik tentang Bitcoin menurut Kirana sangat cocok karena memenuhi syarat tugas dengan tema "transaksi yang dapat diterapkan langsung beserta contoh perusahaan serta penerapan di kehidupan nyata".

Setelah seharian melakukan riset secara mendalam mengenai topik Bitcoin, Kirana mulai mencoba menuliskan tentang tugas akhirnya:

Memanfaatkan Bitcoin; Alat Transaksi dan Investasi yang Mudah Digunakan Era Ini 
oleh Kirana Kartika


Bitcoin, yang biasa disebut dengan emas digital atau 'Emas 2.0' merupakan cara baru dalam melakukan transfer dan menyimpan uang. Sederhananya, Bitcoin merupakan uang digital yang pembayarannya dapat dilakukan melalui media internet.

Jika sebuah mata uang diatur penggunaannya oleh sebuah lembaga yang disebut dengan bank, maka berbeda dengan Bitcoin yang dalam penggunaannya tidak diatur oleh lembaga mana pun. Pemilik Bitcoin lah yang memiliki kewenangan untuk mengatur transaksi Bitcoin.

Kegunaan Bitcoin berperan sebagai alat tukar menukar dalam transaksi online yang dahulu kerap dilakukan oleh para pelaku e-commerce. Namun untuk saat ini, penggunaan Bitcoin sudah digunakan lebih luas tidak terbatas pada pelaku usaha online saja.

Bentuk dari Bitcoin tidak sama seperti namanya. Koin bukanlah merupakan bentuk asli dari Bitcoin, begitu pula dengan kertas layaknya uang pada umumnya. Bentuk Bitcoin adalah berupa file yang dienkripsi menggunakan kode-kode tertentu.

Seperti dompet atau rekening untuk menyimpan uang, dalam menggunakan Bitcoin juga memerlukan wadah penyimpanan. Bisa berupa hardisk atau sebuah aplikasi Bitcoin wallet.


Mengapa Semakin Banyak Orang Membeli Bitcoin?
Transfer uang yang dilakukan pada sesama bank tentu prosesnya akan cepat. Namun, bagaimana dengan transfer uang yang dilakukan pada 2 rekening bank yang berbeda?

Maka proses transfer yang dilakukan akan lebih lama karena sistem bank satu dengan bank yang lainnya berbeda sehingga sistem kasnya perlu dicocokkan. 

Namun, bagaimana jika transfer dilakukan pada bank di negara dan benua yang berbeda? 
Hal ini menjadi lebih rumit karena banyaknya perbedaan antara lain; bahasa, sistem bank, serta mata uang yang juga berbeda. 

Belum lagi jika harus memasukkan berbagai informasi penting dalam mengurus transfer uang internasional seperti nama lengkap, nama orang tua, alamat, dan nomor telepon, yang merupakan data rahasia dan rawan untuk disalahgunakan jika sampai pada pihak yang tidak bertanggung jawab.

Akibatnya, waktu untuk melakukan transfer antar bank, antar negara, dan antar mata uang menjadi lama. Begitulah gambaran kompleksnya sistem keuangan jika transaksinya dilakukan secara internasional.

Masalah transaksi internasional serta keamanan keuangan merupakan situasi yang rumit dan perlu dicari jalan keluarnya. Dengan adanya Bitcoin, masalah ini sudah terjawab dengan satu sistem kas dapat disinkronisasi dengan internet sehingga dapat diakses oleh siapa saja, tidak terbatas jarak/negara, waktu, atau pun mata uang tertentu.

Selain itu, sistem pembayaran dengan Bitcoin memungkinkan transaksi untuk dilakukan secara lebih cepat, lebih mudah, dan lebih murah. 

Penggunaan Bitcoin juga tidak sebatas untuk transfer saja, akan tetapi dapat dilakukan untuk membeli barang online, menerima gaji, serta transaksi keuangan lainnya karena Bitcoin sama penggunaannya seperti uang yang biasa kita gunakan.

Sifat Bitcoin yang peer-to-peer, juga berdampak pada segi manfaat dalam hal sekuritas teknis dan sistem. Tidak akan ada kekawatiran jika misalnya belum dapat mengakses Wallet ataupun Bitcoin.

Berikut merupakan deskripsi mengenai Bitcoin yang disajikan dalam bentuk infografis:

sumber: http://cryptorials.io/8-awesome-infographics-bitcoin/


Manfaat dan Penerapan Bitcoin

1. Memudahkan transaksi online
2. Tidak terbatas jarak, waktu, atau pun mata uang tertentu
3. Sistem pembayaran internasional
4. Sistem peer-to-peer menjadikan pembayaran secara aman, mudah, dan cepat
5. Tidak dikontrol oleh entitas atau lembaga tertentu
6. Perlindungan identitas karena transaksi yang anonymous


Investasi dengan Bitcoin

Selain sebagai transaksi, Bitcoin juga dapat digunakan sebagai instrumen investasi yang applicable. 

Penggunaan Bitcoin sebagai sarana investasi merupakan cara yang mudah dilakukan karena Bitcoin dapat dikontrol oleh pengguna itu sendiri, bahkan melalui aplikasi di smartphone sehingga tidak memerlukan jasa manager investasi.

Cara Mendapatkan Bitcoin

Beberapa perusahaan menyediakan fasilitas untuk jual, beli, penukaran, serta transaksi lainnya dengan menggunakan Bitcoin.

Akan tetapi, yang perlu diingat adalah faktor keamanan dari penyimpanan Bitcoin. Apakah selama ini penyimpanan Bitcoin sudah dilakukan dengan benar dan mematuhi prosedur keamanan?

Dengan banyaknya jasa penyedia fasilitas jual dan beli Bitcoin, prioritas pertama yang harus dipilih adalah perusahaan yang sudah terpercaya dan terjamin dari segi keamanannya.

Terlebih jika ingin menggunakan Bitcoin setiap hari, maka diperlukan kunci privat (private key) versi digital di smartphone agar dapat mengakses Bitcoin lebih mudah. 

Masalahnya, akan ada peluang untuk kehilangan smartphone atau data-data yang ada di dalamnya. Otomatis ini akan menghilangkan kunci privat sehingga Bitcoin juga akan lenyap.

Untuk mengantisipasi hal ini, pilihlah perusahaan dengan reputasi yang kredibel. Rekomendasi terbaik adalah perusahaan Luno

sumber: http://media.coindesk.com

Keunggulan Luno adalah dalam strategi mobile dan eksekusi dibandingkan dengan perusahaan jasa layanan Bitcoin lain.

Luno merupakan satu-satunya layanan yang memperbolehkan adanya aktivitas uji kelayakan dari institusi keuangan lokal.

Jika menggunakan layanan dari Luno, kita dapat secara mudah melakukan transaksi membeli, menjual, menggunakan Bitcoin, atau pun untuk investasi Bitcoin secara aman.

Keamanan ini merupakan prioritas bagi Luno karena penyimpanan kunci privat dilakukan pada brankas besi bank menggunakan akses sidik jari dan scan retina. Bukan hanya di satu brankas besi, namun berbagai brankas besi di banyak benua.

Sistem ini dapat diakses jika kunci-kunci dari berbagai brankas besi digabungkan agar bisa mengambil Bitcoin. Ini disebut dengan teknologi 'multisig' (multiple signatures required).

Dengan aplikasi mobile yang bisa langsung di-install melalui smartphone android atau i-Phone, teknologi dari Luno memudahkan transaksi Bitcoin dalam satu genggaman.

sumber: https://luno.com


Dengan layanan kelas dunia yang dihadirkan secara lokal, Luno merupakan solusi dari sistem keuangan yang kompleks serta memberikan keamanan bertransaksi Bitcoin secara mudah, biaya yang lebih minim, dan cepat.



sumber: www.luno.com

Luno memudahkan untuk membeli, menyimpan, dan mempelajari Bitcoin di Indonesia.

Pelajari lebih lengkapnya melalui website Luno serta download aplikasinya di PlayStore atau AppStore sekarang juga.

***

Tugas akhir tersebut telah dikumpulkan Kirana satu hari sebelum tenggat waktu yang ditetapkan. 

Berkat berita yang dibacanya mengenai "Bitcoin Lebih Berharga Dibandingkan Emas", risetnya yang mendalam mengenai topik transaksi Bitcoin, serta pembelajaran dari perusahaan Luno sebagai layanan jasa keuangan Bitcoin terpercaya membuat hasil tugas akhir Kirana selesai dengan lancar. 

Nilai akhir Kirana mendapatkan predikat 'sangat baik' serta masih mendapatkan statusnya sebagai mahasiswa penerima beasiswa di kampusnya.

Tidak sebatas tugas saja, Kirana saat ini sudah menggunakan layanan Bitcoin terpercaya dari Luno untuk melakukan transaksi dan investasi. Kirana yakin untuk berinvestasi karena Bitcoin mudah digunakan dan dikontrol sendiri menggunakan aplikasi Luno yang terinstall di smartphonenya, tanpa perlu repot menggunakan jasa manajer investasi.

Kirana sudah melakukannya. Sekarang, kamu lah orang yang tepat untuk menggunakan jasa layanan Bitcoin dari Luno selanjutnya! 
Kunjungi dan daftar melalui www.luno.com/id untuk lebih jelasnya ya :)

Penyakit Procrastination, dari Penyebab Hingga Solusinya

Pas lagi di jalan mau berangkat ke kampus, gue kepikiran, “Mau bikin tugas dari dosen, ah!”. Tapi begitu mau nugas, gue beralasan “Nanti aja deh jam 10 pas kelar kelas.” Pas udah jam 10, gue malah mikir, “Abis makan siang kayanya jadi performa terbaik gue buat nugas.” Begitu udah makan siang, ada tugas baru lagi dan gue beralasan “Nanggung nih, nanti deh kerjain pas udah di rumah. Sekalian aja, biar efisien.” Ternyata setelah sampai rumah, apa yang terjadi? Gue capek dan langsung tidur. Repeat everyday. Kalo procrastination ini sampai jadi kebiasaan. Hancurlah hidup gue.
Procrastination, adalah aksi menunda suatu kegiatan. Orang yang melakukan procrastination disebut procrastinator. Salah satu aktivitas yang disukai oleh para procrastinator adalah membuat rencana atau planning. (Hayo ngaku!) Procrastinator menyukai perencanaan karena di dalam perencanaan tidak terdapat aktivitas untuk melakukan. Pada umumnya, planning yang dibuat oleh procrastinator adalah rencana yang kurang spesifik, tidak jelas, ingin sempurna, atau bahkan terlalu banyak sehingga tidak realistis. Ingat, 24 jam yang kita miliki setiap hari, tidak dapat digunakan untuk mengerjakan segala rencana yang dipikirkan. Ketika lo kelar bikin planning, pasti lo mikir, “Gokil, banyak banget plan gue, sempurna nih.”
                       img src: http://www.insidethelifeofmoi.com/2016/04/13/the-art-of-procrastination/
Bagaimana mungkin, tugas untuk membuat paper 20 halaman dalam waktu 2 minggu. Sedangkan kenyataannya, tinggal 2 hari tersisa, dan kita harus begadang sepanjang malam, melawan kelelahan, berharap hasilnya maksimal, padahal kapasitas tubuh dan pikiran sedang dalam kondisi minimal? Bagaimana bisa? Sekarang nyesel?
Terus, gimana solusinya?
Solusinya, planning yang lo buat harus memiliki satu prioritas yang harus banget lo lakukan. Lo musti meluangkan waktu untuk bisa fokus di SATU PRIORITAS tersebut. Ga bisa ga! Dan tidak ada alasan apa pun untuk menunda. Terapkan prinsip Pareto 80-20. Dimana untuk banyak kejadian, sekitar 80% efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. 80% dari keberhasilan hidup lo adalah hasil dari 20% usaha lo selama ini. Artinya, cuma ada 20% planning atau usaha yang musti dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan. Jadi, tugas lo adalah mempertajam intuisi dan mencari 20% usaha tersebut.
Setelah lo udah pikirin 1 prioritas utama yang musti lo kerjakan, what’s next? Kalo lo adalah seorang procrastinator kelas berat, gue yakin, pasti prioritas itu ga akan lo kerjakan.
Gue punya satu contoh efektif untuk bisa menerapkan prioritas ini.
Katakanlah, gue ingin menjadi full time developer dan akan membuat sebuah aplikasi. Disini, kalo gue menulis prioritas: pelajari cara coding. Otak gue yang punya bawaan procrastinator ini, pasti akan menolak mentah-mentah untuk belajar coding. Jadi, gue harus breakdown satu prioritas tadi menjadi seperti ini:
Step 1: Mendaftar kursus coding untuk jangka waktu 3 bulan
Step 2: Mengerjakan tugas kursus dengan rutin dan identifikasi knowledge gaps
Step 3: Membangun mockup dan mengirimnya ke developer untuk mendapatkan feedback
Tidak ada seorang pun yang bisa “membangun rumah”. Yang ada hanyalah menyusun bata demi bata, dilapisi semen, dan bahan material lainnya, setiap hari, tanpa menyerah, dan akhirnya menjadi rumah. Jadi yang perlu dilakukan seorang procrastinator adalah memulai dengan perlahan dan rutin. Bedakan antara, “Mulai belajar coding pada bulan November” dengan “Mulai belajar coding sejak tanggal 12 November dari jam 6-8 malam”.
Memulai apa yang telah direncanakan. Komit sama apa yang udah dibuat. Buang semua distraksi, dan mulailah! You need to show yourself you can do it, not tell yourself. They told you, you couldn’t, and that’s why you did.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah, menceritakan mengenai satu prioritas tersebut pada orang yang kita percaya, dan meminta tolong untuk mengingatkan dan memotivasi kita saat kita berusaha melakukan penundaan lagi.
Tips lain yang agak gokil tapi worth it adalah dengan menciptakan kepanikan lo sendiri. Misal, kalo lo mau bikin apps buat startup, maka lo musti menentukan tanggal untuk launchingnya, dan kemudian membuat sounding untuk publikasi aplikasinya. Atau kalau lo mau bener-bener membesarkan bisnis yang selama ini “disambi” sama kerjaan, lo bisa ciptakan kepanikan dengan cara memberanikan diri untuk resign dari pekerjaan dan mulai fokus dengan bisnis.
Sekarang udah tahu semua kuncinya, jadi jangan ditunda-tunda lagi, ya!
*artikel ini sebelumnya dimuat di Ziliun.

‘6 Stops’ You Must-to-Do, If You Want to be More Productive

Beruntung ketika banyak tugas yang harus dikerjakan, gue menemukan artikel ini. Rasanya kaya gue habis minum obat, kemudian merasakan efeknya. Seperti menyembuhkan.

Sebuah artikel yang ditulis oleh Cam Mi Pham, seorang digital marketer yang sukses. Apa yang ditulis oleh Cam Mi Pham diantaranya udah gue pelajari di kampus, tapi di kehidupan nyata gue sering lupa sama prakteknya. Itulah sebabnya muncul lah sebuah diksi yang diberi nama ‘kepepet’. Lo mungkin tahu, tapi kalo gak kepepet, lo gak akan pernah benar-benar paham. Berdasarkan riset, di bawah ini ada 7 cara yang harus lo biasakan kalo pengen hidup lebih produktif (bukan hanya sibuk gak jelas):

1. Berhenti Lembur
Henry Ford, pemilik dari Ford Motor Company menginisiasi ’40-hour work week’ di perusahaan yang telah ia bangun. Terapan ini berdasarkan dari riset menarik yang telah dilakukan bahwa, ketika lo menurunkan jam kerja dari 10 jam ke 8 jam, dan mengurangi hari kerja dari 6 hari ke 5 hari kerja dalam seminggu, maka produktivitas lo akan meningkat. Sepertinya ini akan menjadi bullshit menurut para anak muda yang ngerasa punya energi berlebih dan menyalurkannya untuk lembur kerja. Sekilas lo akan terlihat lebih struggle kalo kuat melek dan rela memangkas jam tidur untuk menyelesaikan tugas yang menumpuk (entah karena emang tugasnya yang overload atau lo nya aja yang procrastinator). Padahal itu salah kaprah. Dengan istirahat yang cukup membuktikan bahwa peningkatan kualitas kerja akan terjadi jika hal ini dibiasakan (sumber: The Secret World of Sleep: The Surprising Science of The Mind at Rest). Beberapa orang sukses seperti Leonardo da Vinci, Thomas Alfa Edison, F.D. Roosevelt, dan lain-lain memiliki waktu istirahat yang cukup. Mungkin mereka mengerjakan karyanya dengan lembur, tetapi sebelumnya mereka udah istirahat lebih dulu (take a nap) agar bisa menghasilkan masterpiece dengan maksimal.

2. Berhenti Jadi Yes Man
Mulai biasakan untuk bilang ‘tidak’ untuk suatu hal yang gak akan memberikan hasil apa pun. Seperti kata Warren Buffet, “The difference between successful people and very successful people is that very successful people say “no” to almost everything.” Prinsip Paretto 80/20 menyatakan, 20% dari usaha yang lo lakukan akan memberikan hasil sebesar 80%. Jadi baiknya adalah fokus sama effort sebanyak 20% tersebut agar hasilnya maksimal. Kenapa jadi yes man itu lebih mudah? Karena bilang ‘tidak’ justru lebih susah (mungkin pada awalnya). Entah karena gak enak hati, takut dibilang sombong, dan sebagainya. Tapi kalo iya-iya aja ternyata ujungnya malah PHP gimana? Nah lo.

3. Berhenti Terlalu Mandiri
Menangani semua hal seorang diri mungkin terlihat lebih efisien karena gak perlu buang waktu untuk mencari bantuan orang atau mungkin bisa lebih irit ongkos. Tapi ternyata, kuncinya ada pada ‘delegasi’. Minta tolong sama orang yang tepat hasilnya akan jauh lebih bagus daripada mengerjakan seorang diri tapi output nya cuma setengah. Waktu yang lo alihkan tadi dapat dipakai untuk lebih fokus menangani hal yang lebih penting yang lebih lo kuasai. Hal ini diteliti oleh David Nowell, Ph.D., seorang neuropsychologist dari Worcester, Massachusetts yang menyatakan bahwa “Distractable people get more done when there is someone else there, even if he isn’t coaching or assisting them.”

4. Berhenti Jadi Perfeksionis
Butuh waktu lebih banyak dari target, menunda dan selalu menanti waktu yang tepat, terlalu fokus sama hal detail sampai lupa sama konsep besar merupakan beberapa ciri dari perfeksionis. Kalo sifat-sifat itu ada di dalam diri lo, artinya lo harus lebih bisa kontrol diri sendiri. Riset menemukan fakta bahwa semakin perfeksionis seorang profesor, maka tingkat produktivitasnya justru semakin rendah. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Simon Sherry, seorang profesor psikologi dari Universitas Dalhousie. Dr. Sherry menyimpulkan bahwa terdapat korelasi kuat antara peningkatan perfeksionisme dan penurunan produktivitas.

5. Berhenti Mengulang-ulang Kegiatan yang Sama
Capek gak sih mengulang-ulang kegiatan yang sama? Kalo lo ngerasa iya, berarti penelitian yang dilakukan oleh Tethys Solution menghasilkan fakta yang sama. Menurut studi penelitian yang diuji pada sebuah tim yang terdiri dari 5 orang, mereka menghabiskan 3%, 20%, 25%, 30% dan 70% dari waktu mereka pada tugas yang berulang sehingga waktu mereka berkurang sebesar 3%, 10%, 15% , 15% dan 10% setelah 2 bulan meningkatkan produktivitas. Banyak orang yang udah terbiasa melakukan suatu hal, menjadi lupa bahwa waktu masih terus berjalan sehingga justru malah lebih lama dalam menyelesaikan pekerjaan. Jadi bagaimana solusinya? Stop doing repetitive tasks and start automating it. Lo bisa membuat sistem atau patokan untuk hal yang sering lo lakukan. Walapun ini sedikit menyita waktu, tetapi hasilnya akan lebih efisien karena waktu untuk mengerjakan hal tersebut akan menjadi lebih singkat.

6. Berhenti Kerja Sejenak
Saat kita berusaha untuk fokus, maka secara tidak langsung kita membatasi dengan dunia luar melalui sekat yang telah dibuat sendiri. Sesekali keluarlah dan berhenti bekerja sejenak untuk refleksi. Banyak versi dari refleksi seperti contohnya dengan cara menyendiri, beribadah, atau pergi ke tempat favorit. Waktu yang diluangkan untuk diri sendiri (alone time) akan baik untuk otak dan spiritual menurut sebuah artikel dari The Boston Globe. Salah satu studi Harvard menemukan bahwa orang-orang akan lebih banyak membentuk kenangan dan pikiran yang jernih saat mereka sedang refleksi atau mengalami sesuatu seorang diri. Penelitian lain menunjukkan bahwa dengan meluangkan waktu sejenak untuk diri sendiri akan dapat membuat perasaan lebih peka dan empati terhadap orang lain.


*artikel ini sebelumnya sudah pernah dimuat di Ziliun.


Kekerdilan Cinta: CINTA ITU ENGGAK BODOH

Setelah lulus SMP, gue mulai kenal dan punya banyak temen laki-laki (sekolah gue mayoritas 90% laki-laki). Gue beruntung bisa mengenal lawan jenis secara lebih dekat dan banyak belajar dari mereka. Semakin gagal, semakin banyak gue belajar.

Btw, gagalnya jangan diartikan sama seringnya jadian. "Gagal dalam berteman" artinya ada salah satu pihak yang suka dan pengen statusnya lebih dari temen, karena gak bisa dipaksakan akhirnya jadi menjauhkan silaturahim. Ya lo ngerti sendiri lah gimana awkwardnya temen yang jadi demen. Semakin gue sering menjadi heartbreaker, semakin banyak juga tulisan yang gue buat hahaha (but honestly, this is pretty damn true).

Jangan turunkan standar lo dalam memilih pasangan hidup hanya karena berusaha mempertahankan hubungan yang salah. ‘Ga pengen bikin orang sakit hati’ adalah alasan yang basi buat bertahan. Gue disini belajar bahwa, when you love someone, it means, you give them privilege to hurt you. Ya, pria atau wanita yang selama ini lo cintai, memiliki kesempatan lebih untuk dapat menyakiti hati lo. Ambil konsekuensinya.

Misalnya, gue punya prinsip, laki-laki yang dicintai harus memiliki sifat pekerja keras dan gigih. Berusaha memperjuangkan apa yang dia percayai. Dan juga tidak mudah goyah (oleh wanita lain juga, sih. Bercanda sih, tapi serius). I mean, pendiriannya teguh. Ini dipegang terus ketika gue memiliki teman dekat laki-laki dan sepertinya hubungannya akan lebih dari sekedar berteman. Gue tidak akan menurunkan standar ini, karena gue tahu, ini prinsip. Nyaman dan suka saja ternyata tidak cukup. Ada hal lain yang jauh lebih krusial dari sekedar “kamu kece, kita sepertinya cocok, dan yuk jalani aja”

Memilih pasangan itu sama kayak lo berkomitmen mau kerja di perusahaan apa. Kalo ternyata lo punya visi yang tidak sama dengan perusahaan itu, lo akan bekerja dengan setengah hati. Mungkin beberapa waktu bisa bertahan, dengan mempertimbangkan hal-hal tertentu (gue ambil contoh masalah gaji), tapi lo tetep ngejalaninnya ga dengan bahagia. Karena apa? Lo punya purpose yang berbeda. Tujuan lo sama tujuan perusahaan yang mempekerjakan lo ga sama. Dan seperti yang kita takutkan, ujungnya lo akan resign. Siapa yang mau hubungan seumur hidup akan berakhir dengan perceraian? No one.

Beberapa artikel yang gue baca menyatakan bahwa, pasangan yang bahagia dan langgeng biasanya memiliki mimpi yang selaras dan juga pola pikir yang sebelas-dua belas.

Gue pernah mencoba bertanya kepada seorang pria yang berhasil membuat gue luluh lantak. Sifatnya telah merobohkan gue. Dih, lebay amet ye berasa hati Hello Kitty (padahal tampak luar A7X tetap di hati). Gue bilang gini nih ke doi, “Halo, saya punya mimpi besar, bagaimana menurutmu?” Percayalah, orang yang bener-bener mencintai lo ga akan pernah meruntuhkan mimpi besar lo. Hanya supaya sekedar “kita harus terus sama-sama”. Even, you wanna study abroad, or you take a risk and it will change your life. Dia pasti akan terus dukung lo. Bahkan membantu mencapai mimpi lo, sembari menyelaraskan dengan mimpinya.

Pasangan yang baik itu yang berjalan beriringan. Bukan yang menjadikan dirinya otak dan memberi lo ekor supaya terus menerus mengikuti keputusannya.

Gimana kalau ternyata pasangan itu sudah lo dapatkan? Pertahankan.

Gimana kalau belum menemukan? Terus cari dan jangan turunkan prinsip kalo ga pengen dapet cinta yang kerdil.

Banyak orang menjadi irasional ketika sudah memiliki apa yang dia mau.
Membuat orang yang kita sukai atau sayangi untuk mencintai kita. Apakah itu sebuah hal yang mudah? Menurut gue, sangat sulit.
Tetapi, banyak orang yang menjadi irasional ketika sudah mendapatkan apa yang dia mau.
Memberikan banyak syarat, mempersulit diri sendiri, menjadi mudah marah dengan orang yang disukainya.
Menyederhanakan cinta bukan berarti kelak kehilangan makna.
Menjadi mudah untuk dicintai bukan berarti menjadi remeh atau gampangan.
Anehnya, walau lo punya prinsip dalam memilih pasangan hidup, tetapi setelah lo ‘got this feeling’, cinta yang lo rasakan justru sederhana.
Simpelnya, gue percaya, cinta yang baik itu mendewasakan.

Jakarta, April 2016