Membaca majalah Marketeers bulan ini, ada artikel menggelitik
yang memunculkan ide buat ngeshare tentang ini. Artikel itu ngebahas tentang
negara kita sebagai pasar smartphone terbesar
di Asia Tenggara. Wow banget ga sih? Menurutku ini fenomena yang luar biasa
loh, ngeliat euforia masyarakat kita yang doyan beli gadget pinter.
Ponsel pintar jaman sekarang bak kacang goreng yang laris
manis dibeli waktu mau nonton layar tancep. Semua orang mana sih yang ga punya smarthphone? Ya, mungkin ada beberapa. Tapi
yakin deh, itu pun bisa dihitung dengan jari. Beberapa waktu lalu pas salat tarawih
di masjid, di depan ada 3 anak SD yang cekikak cekikik sambil maen handphone touchscreen trus nge-game Hay
Day. Kemarennya lagi waktu lagi jalan-jalan, liat bapak separoh baya pegang handphone Oppo Find 5 (kalo ga salah),
trus ngetik gitu pelan-pelaaaan banget. Ane liatnya aja geregetan sambil mikir
dalem ati, “Plis pak itu hape mending buat ane aja deh”. Ada juga cerita temen
yang katanya waktu tarawih di Bekasi, dia ketemu sama ABG yang malah sibuk
selfie daripada berdoa. Sumpah deh yang ini ga ngerti lagi.
Di artikel tersebut disebutkan bahwa setiap bulannya,
penjualan smartphone selalu
menorehkan rekor baru. Bayangin setiap bulan selalu menorehkan rekor baru,
artinya trend penjualan grafiknya selalu naik. Indonesia adalah pasar terbesar
dengan penjualan smartphone mencapai
7,3 juta unit atau merepresentasikan 40% pasar smartphone di Asia Tenggara (berdasarkan data Gfk). Konsumsi
masyarakat kita akan produk teknologi adalah nomor satu diantara negara-negara
lain yang menurut saya lebih canggih daripada Indonesia, seperti Malaysia dan
Singapura. Emang sih, kalo dilihat teknologi masyarakat kita udah semakin
meningkat, angka gaptek juga sepertinya menurun. Cuma pasti hal-hal kaya gitu
ada efek negatifnya. Yang bikin aku heran sebenernya kaya gini; banyak orang
Indonesia yang mampu membeli, cuma ngga maksimalin apa yang seharusnya bisa
difungsikan. Jadi misalnya kaya bapak separo baya tadi. Beli Oppo Find 5, cuma
dipake buat ngetik, mungkin kirim sms atau chatting,
dengerin lagu, atau hal-hal simple yang bisa dilakuin di handphone yang spec
nya lebih rendah daripada Oppo Find 5. Masyarakat kita mampu membeli, tapi
belum bisa memaksimalkan. Masyarakat kita konsumtif, dan itu menjadikan kita
susah untuk produktif. Aku bisa bilang kaya gini berdasarkan asumsi mayoritas
fakta yang terjadi. Terlepas dari kemungkinan pasti ada orang yang bisa
memaksimalkan dan bisa menjadikannya sesuatu yang produktif.
Disini aku bakal ngeshare tentang video yang semoga ngasi
kita pandangan baru tentang penggunaan smartphone.
Video ini aku dapetin dari temenku, Dina, di sebuah grup chatting anak-anak
Undip. Langsung aja tonton ya!
Jangan menyalahkan siapa pun jika kita menjadi generasi
bodoh akibat ponsel pintar. Kita pun termasuk pelaku di dalamnya. Mari lakukan
perubahan sederhana mulai dari sekarang. Bisa dengan cara menatap orang yang
mengajak kita berbicara, bukan dengan menanggapi percakapannya dengan mata dan
tangan masih fokus di layar (Truly, ini fakta banget kejadian di sekitar kita,
sstt.. bahkan mungkin kita sendiri!). Sadarilah, respect itu tumbuh dari sesuatu hal yang kecil. Sesuatu hal yang
ada di sekitar kita. Seperti contohnya ada di video itu. Jangan korbankan respect dan integritas, maupun kualitas
kehidupanmu hanya gara-gara sebuah gadget. Biarlah smartphone mu tetap menjadi
alat, bukan memperalat.