Huft Moment


Ada masanya dimana segalanya yang sudah direncanakan, akhirnya gagal hanya karena sebuah kejadian lain. Unplanned moment. Mungkin bahasa gaulnya kaya gitu. Itulah yang terjadi sebulan terakhir ini. Ada beberapa rencana yang gagal hanya karena sebuah unplanned moment tadi. Rencana pertama, aku bareng temen-temen membentuk tim buat ikut LKTI Nasional, segala persiapan udah dilaksanain; mulai dari cari dosen pembimbing, nganggarin uang pendaftaran, ngubek-ubek perpus cari referensi, bahkan sampai dibelain acara nginep-nginepan demi lemburnya LKTI tadi. Rencana kedua, aku udah daftar buat ikut lomba essay-nya Management Event, tapi ternyata di detik terakhir deadline, ga ada satu naskah pun yang bisa dikumpulin. Rencana ketiga, project website selesai akhir bulan ini dan harus langsung publish. Rencana keempat, segala macem perhitungan tentang jadwal ngeblog, nglaksanain tugas kontributor, blogwalking, dan lain sebagainya untuk target bulan Mei (buat ngewujudin sepuluh ribu visitors sampai akhir tahun ini) juga kandas terhempas. Dan, rencana kelima, ikut lomba nulis cerpen tingkat nasional, cuma ini harapan satu-satunya rencana yang bisa terlaksana. Dari rencana satu sampai empat, semuanya ga bisa kecentang dari my-to-do-list, dan jujur itu nyesek banget. Ada perasaan bersalah yang begitu besar semacam, “apa susahnya sih nepatin janji ke diri sendiri?” dan kenyataannya emang itu SUSAH BANGET.

Keempat rencana tadi emang cuma jadi WACANA, BUKAN REALITA, penyebabnya cuma satu: dapet project dadakan dari organisasi dan diamanahin jadi ketua panitia. Sebenernya kalau dari awal sampai akhir project bakal berjalan sesuai keinginan sih no problem ya buat nglakuin keempat rencana tadi. Cuma kenyataannya, ada beberapa kejadian yang bikin down. Ga kepalang tanggung ampe kadang bikin gajelas keadaan diri sendiri, sering error, lupaan, lebih banyak diem, dan ga nyambungan, yah hal-hal ga bener semacam itu lah. Tapi dari segala macam hal ga enak tadi, setelah sekian waktu masalah tersebut berlalu, kita seakan sadar, “Ini cuma case kecil, bro. Belum ada apa-apanya”. Perumpamaan ‘di atas langit masih ada langit’ emang bener adanya. Ga setiap masalah yang kita lalui itu “seberat itu”. Toh lambat laun, akhirnya masalah juga bakal clear. Clear bisa artinya selesai. Entah selesainya itu berjalan baik, atau berjalan buruk, itu namanya juga selesai, kan?

**


Aku sih percaya, kalau kita fokus sama apa yang ditugaskan buat saat ini, yang ternyata tugasnya itu bikin rencana sebelumnya terabaikan, pasti bakal ada invinsible hand yang ngebantu supaya keempat rencana tadi bisa tercentang di my-to-do-list, walau mungkin bulan depan? Who knows gitu. Tenang aja lah, Tuhan yang lebih tahu tentang ini kok. Karena Tuhan punya tiga kata buat para hambanya: ya, tidak, atau nanti. Pengennya sih jawabannya “nanti” aja . Gapapa kan berharap sama Tuhan?